Sudah sering kami menginjakkan kaki di Pulau Dewata Bali. Pulau yang indah dan sangaaaattt terkenal. Bahkan orang asing menganggap Bali itu negara! Bukan sebuah pulau yang ada di wilayah Indonesia. Saking terkenalnya Bali, Indonesia kalah terkenal. Hahaha Walaupun sudah sering, tapi kami sadar perjalanan kali ini berbeda.
Karena selama ini, kami ke Bali sebagai turis yaa cuma dua kali dimana disamarkan dengan nama "study tour" ala anak SMP dan SMA yang berkantong tipis. Sedangkan suamiku dan keluarga nya pernah menetap di Bali selama beberapa tahun, nama suami ku aja Putu. Jadi, mereka warga, bukan turis.
Perjalanan kami lanjutkan dan sampai di daerah Payton yang terkenal berbahaya karena tikungan tajam, sekitar pukul 2 siang. Di depan mobil kami melihat ada sebuah truk besar dan mas putu memutuskan untuk menyalip dari kanan. Tak disangka setelah menyalip ada polisi menyuruh kami untuk minggir. Pak polisi meminta SIM dan STNK mobil lalu mengatakan bahwa kami tidak boleh menyalip di lajur dengan garis lurus. Hmmm kami mana lihat waktu itu. ==" Nah si bapak polisI meminta mas untuk ikut ke dalam pos polisi dekat situ dan kami menunggu saja di mobil.
Tak lama...mas putu keluar dengan senyum aneh. Ternyata, polisi nya "nakal"...
Indonesia...Knapa polisi kayak begini?
Karena selama ini, kami ke Bali sebagai turis yaa cuma dua kali dimana disamarkan dengan nama "study tour" ala anak SMP dan SMA yang berkantong tipis. Sedangkan suamiku dan keluarga nya pernah menetap di Bali selama beberapa tahun, nama suami ku aja Putu. Jadi, mereka warga, bukan turis.
Kali ini kami ingin sesuatu yang berbeda. Jalan-jalan ala turis sebenarnya...bedanya kalo turis kaya itu membelanjakan uang nggak pakai mikir, kalau kami dipikir sebelum berangkat dengan tujuan yang sama dengan turis kaya. Jadi misal mau tinggal di hotel berbintang, harga selangit, bagi kami yang pas-pas an begini bisa aja berangkat dengan harga murah. Haha
Kamis, 19 Februari 2015
Kami berencana berangkat pagi dari Surabaya ber empat. Tidak hanya berdua saja dengan suami, namun juga dengan adik kandungku, Irfa, dan adik kandung suami, Cahya. Pagi yang dimaksud adalah pagi jam 6 AM. Tapi yang namanya rencana hanyalah tinggal rencana semata...haha
Aku sudah bangun sejak subuh begitu pula suamiku. Tapi yang namanya Cahya, susah banget dibangunin karena dia tipe kalong. Malam bangun pagI tidur. Akhirnya dibangunin jam 5.30 nggak akan bisa. Akhirnya kami memutuskan untuk bersiap-siap sambil menunggu karena kasihan juga baru tidur udah dibangunin, hingga pukul 7. Dicoba dibangunin lagi nggak bisa. So, kami menjemput adikku dulu di kosan dia dekat Unair. Tentu saja sebelumnya adikku sudah "garing" menunggu dalam kondisi lapar dan memutuskan untuk beli sarapan dulu, buryam kesukaanku, untuk dia dan kami semua.
Setelah menjemput Irfa, balik lagi ke rumah jemput Cahya. Untung sudah bangun sendiri. Sadar mungkin kalau nggak bangun bakal ditinggal. Haha
Jam menunjukkan pukul 9 pagI dan kami berangkat.
Sepanjang perjalanan, ocehan guyonan sana sini menjadi bumbu manis perjalanan. Terutama ketika speaker Harman Kardon gratisan hadiah beli iPhone pacarnya membahana di mobil. Suara cempreng empat orang alay pun bersahutan.
Perjalanan kami lanjutkan dan sampai di daerah Payton yang terkenal berbahaya karena tikungan tajam, sekitar pukul 2 siang. Di depan mobil kami melihat ada sebuah truk besar dan mas putu memutuskan untuk menyalip dari kanan. Tak disangka setelah menyalip ada polisi menyuruh kami untuk minggir. Pak polisi meminta SIM dan STNK mobil lalu mengatakan bahwa kami tidak boleh menyalip di lajur dengan garis lurus. Hmmm kami mana lihat waktu itu. ==" Nah si bapak polisI meminta mas untuk ikut ke dalam pos polisi dekat situ dan kami menunggu saja di mobil.
Tak lama...mas putu keluar dengan senyum aneh. Ternyata, polisi nya "nakal"...
Indonesia...Knapa polisi kayak begini?
Sekitar pukul 4 sore kami sampai di daerah Situbondo. Pinggir laut dan hutan. Kelaparan melanda dan kami memutuskan untuk berhenti makan di warung pinggir jalan yang menjual aneka seafood. Aku lupa nama warung yang seperti restoran itu. Yang jelas mereka juga memiliki kolam pancing yang kolam nya kosong. Haha Pembeli hanya kami saat itu, maklum jalanan juga sedang sepi karena bukan musim liburan besar di indonesia.
Pesanan kami datang. Aneka seafood itu kami santap dengan lahap kecuali pesanan udang ku yang ternyata pedas luar biasa. Namanya kakak adik cowok penggila makanan pedas, habis lah udang dan ikan berbumbu pedas itu. Sedangkan aku dan Irfa cukup puas dengan cumi asam manis kami saja. Ternyata, setelah makan, tak disangka perut suami dan cahya bergolak dan panas, sepertinya mereka keracunan sambal untuk bumbu ikan yang mungkin sudah kadaluarsa. Saranku, jangan berhenti di restoran atau warung yang sepi pelanggan terutama di jalur antar provinsi. =="
Karena berbagai macam kejadian itu, kami baru sampai di pelabuhan Ketapang ba'da maghrib sekitar pukul 6.30. Tarif penyeberangan sudah diubah yaitu dihitung per mobil bukan per kepala. Untuk mobil pribadi dikenai tarif Rp 150.000. Kami juga tidak perlu menunggu untuk masuk ke dalam kapal ferry karena bukan peak season. Parkiran mobil di dalam kapal ferry saja tidak terisi penuh.
Sayangnya kapal ferry yang kami naiki tidak sebagus yang kami bayangkan. Memang sih ada banyak kapal di sana dan untung-untungan kami dapat yang mana. Kami dapat yang nggak enak. Tidak bisa ke dek kapal, tidak ada non-smoking area, bau menyengat, dan hal-hal lain yang tidak mengenakkan. Alhasil, selama 45 menit di atas kapal aku harus menahan diri dari terpaan asap rokok yang luar biasa banyak dan pusing yang disebabkan ombak yang lumayan besar. Waktu menunggu ku habiskan dengan menulis blog tentang pengalaman di singapura sebelumnya.
Tak berapa lama, kami segera bergegas ke mobil untuk keluar dari kapal ferry ketika sudah sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Tapi sebelum keluar pelabuhan kami diminta untuk menunjukkan KTP oleh pak polisi. Masalahnyaaaa KTP ku sudah diambil kecamatan untuk mengurus perpindahan KK dan KTP ke surabaya. Begitu aku bilang alasannya dan menunjukkan paspot ku, pak polisi nya nggak mau. Alasannya harus KTP bukan paspor. Aneh banget...padahal harusnya paspor itu lebih kuat datanya daripada KTP kan...
Pak polisi nya malah minta foto kopian kTP... Kalau misal aku penjahat yang malsu fotokopian gimana? Masa boleh lewat...? Aneh luar biasa peraturannya. Untungnya aku punya scan KTP ku dan pak polisi nya mau. So, kami bisa melanjutkan perjalanan.
Perjalanan ke Negara ruman mertua ku alias mama mas putu dan cahya memakan waktu sekitar 4 jam. Melewati hutan yang lebat tapi anehnya tidak ada lampu dan memberi kesan mistis. Tapi memang entah kenapa kondisi di Bali dan Jawa itu sangat jauh berbeda...
Sekitar pukul 11 malam kami sampai di rumah mertua.
Lelah dan lapar kamI rasakan dan lele ayam penyet menanti kami. Usai makan dan shalat, kami langsung terlelap. Kecuali dua orang cowok yang perutnya berontak kena sambal kadaluarsa... =="
(bersambung)
Karena berbagai macam kejadian itu, kami baru sampai di pelabuhan Ketapang ba'da maghrib sekitar pukul 6.30. Tarif penyeberangan sudah diubah yaitu dihitung per mobil bukan per kepala. Untuk mobil pribadi dikenai tarif Rp 150.000. Kami juga tidak perlu menunggu untuk masuk ke dalam kapal ferry karena bukan peak season. Parkiran mobil di dalam kapal ferry saja tidak terisi penuh.
Sayangnya kapal ferry yang kami naiki tidak sebagus yang kami bayangkan. Memang sih ada banyak kapal di sana dan untung-untungan kami dapat yang mana. Kami dapat yang nggak enak. Tidak bisa ke dek kapal, tidak ada non-smoking area, bau menyengat, dan hal-hal lain yang tidak mengenakkan. Alhasil, selama 45 menit di atas kapal aku harus menahan diri dari terpaan asap rokok yang luar biasa banyak dan pusing yang disebabkan ombak yang lumayan besar. Waktu menunggu ku habiskan dengan menulis blog tentang pengalaman di singapura sebelumnya.
Tak berapa lama, kami segera bergegas ke mobil untuk keluar dari kapal ferry ketika sudah sampai di pelabuhan Gilimanuk Bali. Tapi sebelum keluar pelabuhan kami diminta untuk menunjukkan KTP oleh pak polisi. Masalahnyaaaa KTP ku sudah diambil kecamatan untuk mengurus perpindahan KK dan KTP ke surabaya. Begitu aku bilang alasannya dan menunjukkan paspot ku, pak polisi nya nggak mau. Alasannya harus KTP bukan paspor. Aneh banget...padahal harusnya paspor itu lebih kuat datanya daripada KTP kan...
Pak polisi nya malah minta foto kopian kTP... Kalau misal aku penjahat yang malsu fotokopian gimana? Masa boleh lewat...? Aneh luar biasa peraturannya. Untungnya aku punya scan KTP ku dan pak polisi nya mau. So, kami bisa melanjutkan perjalanan.
Perjalanan ke Negara ruman mertua ku alias mama mas putu dan cahya memakan waktu sekitar 4 jam. Melewati hutan yang lebat tapi anehnya tidak ada lampu dan memberi kesan mistis. Tapi memang entah kenapa kondisi di Bali dan Jawa itu sangat jauh berbeda...
Sekitar pukul 11 malam kami sampai di rumah mertua.
Lelah dan lapar kamI rasakan dan lele ayam penyet menanti kami. Usai makan dan shalat, kami langsung terlelap. Kecuali dua orang cowok yang perutnya berontak kena sambal kadaluarsa... =="
(bersambung)
No comments:
Post a Comment
Anda bisa memasukkan komentar tentang postingan di sini...Terima Kasih ^.^