05 November 2016

I'm Right and You're Wrong : Sedikit pemahaman tentang bagaimana orang Indonesia berpikir tentang topik keagamaan


Sebelum kumulai tulisan ini, aku ingin Anda (sebagai pembaca) untuk memahami betul bahwa tulisan ini hanyalah tulisan hasil pemikiran individu seorang wanita Muslim berkewarganegaraan Indonesia yang masih belajar banyak hal dan melihat bagaimana isu di Indonesia berkembang di ranah sosial media. Jika, ada salah kata ataupun pemikiran, mohon maaf. Wanita ini bukan orang yang sempurna dan memiliki pemikiran yang mutlak benar. Karena benar buruknya yang menentukan hanya Allah.

Saya mulai tulisan ini dengan menanyakan ke diriku sendiri... "Kenapa aku ingin menulis sesuatu yang sudah panas? Kenapa aku ingin menuliskan tentang pemikiranku disini yang mungkin akan dicerca banyak orang yang tidak sepamahaman denganku?"

Jawabannya cukup mudah... karena aku suka menulis dan aku ingin membagikan buah pikiranku ke orang lain yang mungkin bisa bermanfaat.

Pertanyaan selanjutnya... "Kenapa topik agama? Bukannya masih ada topik lainnya?"

Karena ini mengganggu pikiranku dan merasa bahwa dibutuhkan adanya suatu tulisan yang mungkin bisa membuat orang lain mengerti bahwa "do not just trust media" and "understand that you're the one who should think out of the box" and "be a true Muslim"

"Lalu, apakah dengan ini orang lain bisa mengerti apa yang akan kuceritakan dan mungkin berubah?"

Let's hope that will come true. haha I'm just no body. Aku hanya seorang wanita Muslim berkewarganegaraan Indonesia yang sedang belajar di luar negeri dan berusaha untuk menyelesaikan kuliah, tapi sedih melihat kondisi negara ku dan saudara-saudara ku.

"Ok then... show the readers what you thought."

Sudah tidak perlu ku ungkit terlalu banyak tentang kasus penistaan agama yang menyerang Gubernur DKI Jakarta. Semua orang sudah tahu bahwa itu yang sedang terjadi saat ini karena masalah Pak Ahok yang mengatakan kepada masyarakat Pulau Seribu untuk "jangan mau dibohongi oleh Q.S. Al-Maidah:51"

Yang menjadi poin utama ku disini adalah bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi hal ini, dilihat dari sudut pandang seorang wanita yang sedang duduk di balik layar komputer dan sering tidak produktif karena terlalu sering membuka Facebook dan Line. hahaha

Seperti yang sudah biasa terjadi, terutama di periode pemilu, yang namanya isu sering sekali disetir sedimikian hingga membuat suatu berita, terlepas dari benar tidaknya, menjadi luar biasa. Pelakunya? tentu saja media mainstream. Hebatnya, berita ini sangat cepat beredar di internet. Aku tidak heran sih. Karena menurut data statistik, pengguna sosial media di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia.

Bahkan aku pernah membaca di salah satu jurnal internasional, lupa judulnya dan pengarangnya, karena pada saat itu jurnal tidak jadi kumasukkan ke jurnal yang sedang kutulis, bahwa "sosial media adalah media paling efektif dalam sarana penyebaran informasi, terutama di era pemilu." Kalau tidak salah ini yang menulis adalah orang Amerika dan dia melakukan riset tentang proses pemilu presiden tahun 2008-2009.

Kenapa bisa begitu? Karena "the power of peers" itu sangat terasa.

Saat ini aku sedang melakukan riset yang berhubungan dengan "the power of peers". Ketika suatu faktor di dalam teknologi digabungkan dengan pengaruh teman, maka pengaruh ini akan sangat berbeda ketika tidak ada teman di dalamnya. Contoh, kepercayaan terhadap sebuah teknologi, akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas informasi yang diberikan oleh teman. It's proven to be significantly influence.

Jadi, ketika ada berita yang "lumayan hot", masyarakat Indonesia akan dengan mudah mengakses sosial media, menyebarkannya ke teman-temannya atau publik, dan disebarkan ulang oleh teman-teman mereka. Terlepas dari benar atau tidaknya sebuah informasi.

Hal yang cukup unik terjadi ketika sebagian besar, bukan semua, menganggap bahwa apa yang mereka sebarkan ke ranah publik adalah sesuatu yang benar, padahal informasi tersebut belum tentu benar. Kenapa aku bisa tahu? Karena setiap kali ada yang menyebarkan sebuah informasi di sosial media, mereka akan menambahkan buah pikiran mereka dalam bentuk tulisan. Sebagian besar dari orang-orang ini akan menuliskan tulisan yang menjurus ke arah "this is right and the other is wrong", which is refer too... "I'm right and you're wrong"

Terlebih ketika yang dibahas adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama, dalam hal ini agama Islam.

Sebagai seorang Muslim, tentunya kita sudah tahu betul bahwa tidak baik untuk mengucapkan atau bahkan berpikir bahwa kita adalah satu-satunya yang paling benar dan orang lain tidak benar. Karena benar tidaknya sesuatu hanya pada Allah. Kita sebagai manusia, hanya bisa berdoa dan rendah diri terhadap apapun.

Di sisi lain, ketika ada sebuah informasi, haruslah kita untuk ber-tabayyun terlebih dahulu.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.
[al-Hujurât/49:6].




Nah, sebagian besar dari masyarakat Indonesia tidak melakukan tabayyun. Mereka cenderung langsung menentukan bahwa berita tersebut benar adanya.

Memang susah untuk ber-tabayyun kepada orang yang disebutkan di dalam berita tersebut. Tapi, itu lah challenge nya. Apakah bisa melakukan filter terhadap sumber berita mana yang bisa dipercaya maupun tidak? Bagaimana jika tidak bisa?

Alangkah baiknya jika lebih baik diam.


أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ  كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ  ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” 
(HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)

Mungkin ada yang bepikir..."hei itu tulisan, bukan ucapan" ... sama saja bukan? apa yang dituliskan adalah apa yang diucapkan.

Hal ini juga tidak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama yang Muslim. Karena mereka cenderung dengan secara terbuka memberikan opini yang semestinya tidak diperlukan untuk orang lain tau.

Di sisi lain, banyak oknum, yang mungkin memanfaatkan kondisi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Aku tidak akan membahas tentang rencana politik maupun ekonomi suatu oknum tertentu. Namun, hal ini sudah banyak diketahui bahwa ketika ada sebuah isu, maka di balik layar, terdapat beberapa orang yang pasti akan memanfaatkan kondisi, apapun tujuannya.

Apakah kita mau membantu tujuan oknum yang tidak baik dengan menyebarkan berita yang belum jelas benar atau tidaknya? Bagaimana jika tujuan itu tidak ada baik-baiknya, hanya buruknya saja?

Banyak yang mungkin beranggapan bahwa "aku tidak tahu ada tujuan itu, yang penting kuanggap benar maka akan ku share"

Inilah yang kurang baik menurutku dan menjadi bumbu ataupun minyak bagi yang sudah panas menjadi lebih panas lagi.

Masyarakat kurang mengerti bahwa jika tidak tahu lebih baik diam, tabayyun, dan tunjukkan dengan yang apa yang dipercaya di dalam konteks yang lebih baik. Misalnya, tidak memilih calon yang dianggap tidak baik. Bukan dengan semakin menyebarkan fitnah ataupun kalimat yang tidak baik.

Dikarenakan cepatnya informasi yang tersebar, membuat orang-orang sepertiku yang notabene "lebih baik diam" menjadi risih. Isi sosial media 80% terkait isu yang sedang panas dan terjadi perdebatan sana sini, yang intinya adalah "I'm right and you're wrong". Lingkungan seperti ini sepertinya tidak baik untuk kesehatan mental saya. haha

The most important thing that we have to put on our mind are ... PATIENT, FORGIVE, and LEARN.

Masih ingatkah apa yang dilakukan Rasulullah ketika bangsanya sendiri membenci Islam, meludahi, dan mencelakai Beliau? Bersabar, memaafkan, dan belajar.

Tulisanku ini mungkin menjadi cambuk untuk diriku sendiri untuk lebih berhati-hati ketika menyebarkan sebuah informasi. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik lagi.

Amiinnn...



Intan Web Developer

A Wife and PhD candidate to-be in National Taiwan University of Science and Technology. Dreamer, Writer, Traveller, and Tech Addict. Like to travel everywhere and experience anything.

01 November 2016

Motherhood


Become a mom, a good mom, a respectful mom, a  friendly mom, a playful mom, and the best mom for my child have been one of my dreams since I was a teenager. The desire to have baby of my own is stronger when I married two years ago. However, until now, I'm not yet pregnant.

I'm very understand that when the time is right, God will give me a chance to have a baby. Moreover, I should not underestimate God's will. He knows best for me.

However, my heart is aching and hurt so bad when I see those pictures.

When my friends got pregnant, they instantly told the world via Facebook or any social media. And then more baby pictures on my timeline when these babies born to the world. The cuteness, the love, and the happiness that these people have, I'm not yet having it, Instead, I'm very jealous. My friends told everybody how their child is growing up. How they learn how to walk or speak. Even when their child is just lazy around or sleeping. I want that so badly...

Not only pictures of my friends' babies that make me...crazy.

Even YouTube gives me some video recommendation about mom, baby, and everything about it. Although the videos are not really related with parenting, sometimes when I watch a video about a child and in some part of it the parents come out, I become sad.

The worst part is when my friends ask me ... "Are you pregnant?"

Yes I'm big enough to be told pregnant. Because the biggest part in my body is only my stomach. I've been tried sooo damn hard to make myself slim again, but it failed. Not because I eat a lot. I'm not a big eater. But because I eat hormone pills, so that I can get pregnant. And this pills make me "fat" in the specific area of my body.

I'm tired of being asked that way. I'm tired of people asking me "When will you get pregnant?" If I know, I will tell them. But I DON'T KNOW!!!

The sadness and frustration are very strong in these days. Especially when I have a lot of stuffs going on and need to be done. Overwhelmed.

Then, I remember what I read several months ago on a Facebook post about "being a mom", which tell stories about each woman with different conditions about motherhood.

Woman A, is not yet pregnant. She's trying very hard to be a mom. To hospital, traditional medicine, atc. Even in vitro fertilization. But, didn't work. She's jealous with her bestfriend who married after her but pregnant almost instantly after that.
Woman B, is always pregnant. Many people just told her to stop having a baby. But she can't abort her baby. She used pregnancy prevention pills, but sometimes it just didn't work. She is struggling to fed her babies and send them to school. She's desperate.
Woman C, can't pregnant. She has some problems with her health. But she wants baby so bad. So, she adopt a baby boy from another country. However, this baby boy is not the same as baby of her own.
Woman D, do not want to have a baby. She's just afraid to be a mom. She's struggling with her past life and seeing herself as a bad mom.
These women think the same way.
Woman A wants to be Woman B.
Woman B wants to be Woman D
Woman C wants to be Woman B
Woman D wants to be Woman C

Maybe the story above is not exactly the same with the original story, because I kinda forgot the original one. But, the thing is that there are a lot of women out there that have the same or even worst experience that I have. And people in our environment will always judge us with their own thinking. We can't change their mind and we just need to understand and be patient.

If the time is right... God will give us a chance to become a mom....
God knows best.


Intan Web Developer

A Wife and PhD candidate to-be in National Taiwan University of Science and Technology. Dreamer, Writer, Traveller, and Tech Addict. Like to travel everywhere and experience anything.