29 October 2013

Hijabku Identitasku


Taiwan adalah sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Namun, sebagian besar penduduknya adalah atheis atau tidak beragama. Jikalau mereka memiliki agama, mereka tidak menempatkannya dalam skala prioritas karena menurut mereka, agama hanya sebuah trend dan tidak terlalu penting. Mungkin ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang sedang dialami oleh masyarakat Taiwan. Dimanjakan oleh kehidupan yang serba wah, tidak hanya dari segi teknologi saja, tapi juga transportasi dan kebudayaan, membuat mereka berleha-leha dalam menikmati hidup.

Islam menjadi sebuah minoritas di Taiwan. Tahun 2013 ini, hanya ada sekitar 0.3% dari seluruh populasi. Kebudayaan yang berbeda membuat Muslim di Taiwan harus berusaha ekstra keras untuk menjadi muslim yang seutuhnya. Hal ini aku dan teman-temanku alami sendiri sebagai seorang muslimah yang sedang kuliah di salah satu universitas atau bekerja di Taiwan dan menggunakan hijab.

Budha memang menjadi mayoritas agama di Taiwan dan mereka mewajibkan penganutnya untuk menjadi vegetarian. Tetapi, agama hanyalah sebuah trend bagi masyarakat Taiwan. Banyak yang tidak memiliki agama sehingga makanan yang mereka makan adalah babi. Hampir semua makanan di Taiwan mengandung babi. Entah itu daging maupun minyak. Hal tersebut menjadi suatu hal yang sangat susah bagi kami Muslim di Taiwan. Kami harus bertanya dulu apakah makanan tersebut halal atau tidak. Halal tidak hanya berarti tidak boleh makan daging babi, tapi juga daging sapi / ayam nya disembelih dengan aturan Islam atau tidak dan juga apakah cara memasak dan juga alat makannya dibedakan ketika memasak dan mencuci?

Orang Taiwan adalah orang yang baik dan ramah, dan ketika kami bertanya mereka selalu menjelaskan dan membantu dengan sabar. Tapi, tak semua mengerti dan paham maksud kami. Menjelaskan apa itu Halal tidak mudah karena dengan kata lain, kami harus menyuruh mereka menuruti kemauan kami dengan melakukan apa yang Halal terapkan dalam makanan. Tidak semua restoran akan setuju melayani sepenuh hati. Restoran Halal di Taiwan pun tidak banyak. Hanya sedikit dan berjauhan antara satu lokasi dengan lokasi lain.

Menggunakan hijab adalah sebuah hal yang menarik jika ditilik dari sudut pandang lain. Jika di Indonesia, hijab menjadi suatu hal yang biasa dan lumrah untuk ditemui dimanapun. Tapi, di Taiwan, hijab adalah suatu hal yang aneh untuk digunakan. Biasanya orang Taiwan menggunakan scarf, pashmina, ataupun hijab sebagai sebuah hiasan baju. Mereka meletakkannya di leher jika udara dingin, ataupun di pinggang sebagai penghias baju. Tapi, scarf diletakkan di kepala adalah suatu hal yang unik. Karakter orang Taiwan yang selalu ingin tahu membuat mereka menghapiri kami dan bertanya "Apa yang kamu pakai? Kenapa kamu menggunakannya?" dan tak sedikit yang berkata "Hen Biaoliang...Sangat cantik..."

Hijab membuat kami muslimah menjadi lebih mudah dalam menjalani hidup di Taiwan. Bukan karena sering dihampiri orang dan dikatakan cantik. Tetapi, karena dengan menggunakan hijab, lebih mudah untuk kami ketika mencari makanan halal. Ketika kami menuju ke sebuah restoran, mereka akan langsung berkata "Kamu Muslim? Kamu tidak boleh makan babi?" Setelah itu pelayan akan membantu kami dalam memilih menu dengan lebih mudah. Atau bahkan belum kami bertanya menu apa saja dan belum kami masuk ke dalam restoran itu. pelayan sudah mengatakan "Kamu tidak bisa makan di sini karena semua menggunakan bahan dari babi."

Banyak kawan non-muslim Taiwan yang bertanya, "Kenapa kamu pakai hijab? Apa kamu tidak punya rambut?" jawaban yang biasanya sering muncul dariku adalah bukan karena Islam menyuruhku. Tapi karena aku ingin rambutku dilihat hanya oleh suami dan keluargaku. Tapi jawaban hanya sampai situ saja akan membingungkan mereka. Aku akan berkata lebih lanjut "Kamu lihat...di sekitar kita banyak perempuan menggunakan hot pants atau tank tops.. Jika mereka adalah istri mu atau saudaramu...apakah kamu mau mereka berpenampilan seperti itu dan dilihat oleh mata lelaki lain yang menatap dengan penuh nafsu?"

Shalat di pinggir jalan juga menjadi hal yang menarik. Banyak sekali masjid yang bisa kita temui di Indonesia. tapi di Taiwan, hanya ada 6 masjid di seluruh negara. Hanya ada 2 masjid di Taipei, kota tempat aku tinggal. Ketika kami berjalan-jalan dan sudah waktuya shalat, sedangkan masjid terlalu jauh letaknya, satu-satunya lokasi yang bisa menjadi tempat shalat kami adalah pinggir jalan atau taman terdekat dimana tidak mengganggu orang lain yang sedang berlalu lalang. Sering juga kami shalat di stasiun kereta. Pemandangan itu menjadi suatu hal yang menarik untuk dilihat orang Taiwan. Tak sedikit dari mereka yang mengabadikan kami yang sedang shalat dengan meggunakan kamera mereka. Ketika kami ditanyai, kami hanya menjawab "Kami sedang shalat karena kami muslim". Tapi, ketika kami muslimah yang mengerjakan shalat, kebanyakan mereka akan langsung mengerti tanpa bertanya.

Islam sudah mulai dikenal di Taiwan. Itulah mengapa saat ini tidak terlalu banyak orang yang bertanya langsung padaku mengapa aku menggunakan hijab di kota besar. Karena dengan menggunakan hijab, aku sudah mengatakan pada lingkunganku...

Aku Muslim dan aku beragama Islam.
Aku hanya makan makanan Halal.
Aku muslimah yang menggunakan hijab.
Aku menutup tubuhku karena aku ingin spesial.
Aku tidak malu shalat di pinggir jalan atau di taman karena itu adalah kewajibanku untuk bersyukur pada Tuhanku, Allah.



-- Tulisanku ini aku ikutkan lomba Menulis Muharram di blog kakak sepupu tercinta. Check this link http://theprimadita.blogspot.tw/2013/10/menulismuharram-ikutan-yuk.html
Intan Web Developer

A Wife and PhD candidate to-be in National Taiwan University of Science and Technology. Dreamer, Writer, Traveller, and Tech Addict. Like to travel everywhere and experience anything.

No comments:

Post a Comment

Anda bisa memasukkan komentar tentang postingan di sini...Terima Kasih ^.^