Bisa dibilang "tumben" aku bisa bangun sepagi ini... Jam 4.30 mataku sudah terbuka lebar dan tak bisa menutup lagi. Mungkin salah satu penyebabnya adalah aku yang tidur awal jam 9 malam kemarin. Biasanya bisa jam 1 pagi aku baru tidur karena tugas yang begitu banyak. Tapi kemarin, bukan karena tidak ada tugas aku tidur awal, tapi karena kecapekan harus beres-beres kamar asrama beberapa jam non stop. haha
Aku bangun dari kasurku yang kembali berantakan setelah kutiduri dan segera mengambil air wudhu untuk shalat shubuh. Udara pagi ini begitu menyenangkan. Tidak seperti kemarin-kemarin dimana Taipei diguyur hujan beberapa hari sehingga bangunpun terasa malas. Kutundukkan wajahku kehadirat-Nya dan memohon ampun atas apa yang selama ini telah kulakukan.
Biasanya usai shalat shubuh aku selalu tidur lagi. Tapi, entah kenapa mata ini tetap terbuka lebar dan memintaku untuk memulai aktifitas pagi ku. Internet.
Kubuka email dan facebook ku. Sudah sehari tak kubuka banyak sekali notification yang masuk. Kebanyakan bertanya seputar kegiatan yang sedang aku jalani. Halaman pertama di facebook alias News Feed membuatku bertanya-tanya. Mengapa banyak sekali post tentang "Mimpi" ?
Kepalaku berputar dan berpikir..lalu mulai bermimpi diiringi musik yang menggaung dari headset yang kupakai...
Teringat kembali ketika aku menjadi siswa SMA kelas 3... dimana aku diwajibkan untuk kuliah tapi dianjurkan untuk menjadi mahasiswa kedokteran kala itu supaya bisa menjadi seperti ibuku atau menjadi mahasiswa ekonomi supaya bisa menjadi seperi bapakku. Tapi aku menolak dan berani berkata Tidak. Aku tidak mau menjadi dokter atau ahli ekonom. Aku ingin menjadi juru komputer - istilah ini yang kupakai saat itu. Mungkin saat itu pikiran orang tua ku adalah "Apa bisa?", komputer di rumah saja sudah usang dan mudah rusak. Apalagi otakku yang tidak seberapa pintar dibandingkan adikku (saat ini dia mendapatkan IP 4 tiap semester di bangku kuliahnya). Tapi, entah kenapa saat itu aku ingin membuktikan bahwa aku bisa dan tidak ingin dibandingkan dengan orang lain. Tidak hanya dengan adikku aku dibandingkan. tapi juga dengan saudara sepupuku yang notabene lebih pintar daripada ku. Juara nasional, dikirim ke luar negeri. Aku juga ingin tapi mungkin belum ada kesempatan. Aku berusaha mati-matian untuk belajar. Berusaha untuk diterima di jurusan teknik informatika ITS yang aku inginkan.
Teringat kembali ketika aku berkata pada bapak aku ingin S2. Aku ingin kuliah lagi. Aku tidak ingin diam duduk di belakang meja kantor dan mengerjakan apa yang disuruh oleh bos. Aku ingin menjelajah dunia. Sempat kulihat sangsi dari raut wajah bapak. Luar negeri? suatu tempat yang mungkin tidak mudah dijangkau oleh anaknya ini. Tanpa aku bercerita kepada mereka, aku mendaftar ke beberapa universitas sebelum aku lulus. Universitas luar negeri tentunya. Aku pun tidak tahu apa yang membuatku melakukan berbagai hal yang berani seperti itu. Berbagai aplikasi kuajukan ke berbagai universitas yang mungkin bisa kuraih.
Teringat kembali ketika aku ingin menjuarai berbagai kompetisi nasional. Bagaimana teman-teman ku meremehkan diriku. Bagaimana mereka mengira aku akan juara karena dibantu oleh dukungan salah seorang dosen yang menjadi panitia dan memang kenal dengan ku. Bagaimana mereka melihat aku adalah seorang programmer yang kurang handal dan tidak kompeten di bidang ini. Tapi, saat itu aku bersama sahabat-sahabatku yang memiliki hasrat yang sama. Juara. Berusahalah kami di arena itu. Kami biarkan semua anjing itu menggonggong. Kami anggap, mereka hanya iri karena tidak bisa satu tim bersama kami...mereka hanya iri karena tidak ikut lomba itu. Saat itu aku tak tahu kenapa aku tidak punya malu untuk ikut kompetisi dan kenapa aku tetap tersenyum kepada orang-orang itu, serta kenapa aku tetap maju pantang mundur.
Teringat kembali saat-saat dimana aku bergulat dengan emosi ku. Untuk mencari kebahagiaan. Emosi yang begitu menggila hingga membuatku hampir menjadi gila. Berusaha mengalahkan emosi yang meluap-luap demi mencari "Real Happiness". AKu pun tak tahu mengapa aku berani mengambil keputusan tingkat dewa yang pasti merubah hidupku dan hidup orang banyak.
Tapi, saat ini aku sadar...semua keberanian itu datang...semua keberanian itu keluar dari diriku...karena aku punya MIMPI.
Aku punya mimpi yang bagiku tidak mudah kuraih tapi pantas aku perjuangkan. dan nantinya akan merubah hidupku dan orang-orang sekitarku.
Tak kuasa ku menahan air mata ku yang ingin jatuh pagi ini.
Semua ini benar-benar tak terkira...
Perjalanan yang telah kupilih...meraih mimpi yang diridhai orang tua ku dan Allah...
Aku bangun dari kasurku yang kembali berantakan setelah kutiduri dan segera mengambil air wudhu untuk shalat shubuh. Udara pagi ini begitu menyenangkan. Tidak seperti kemarin-kemarin dimana Taipei diguyur hujan beberapa hari sehingga bangunpun terasa malas. Kutundukkan wajahku kehadirat-Nya dan memohon ampun atas apa yang selama ini telah kulakukan.
Biasanya usai shalat shubuh aku selalu tidur lagi. Tapi, entah kenapa mata ini tetap terbuka lebar dan memintaku untuk memulai aktifitas pagi ku. Internet.
Kubuka email dan facebook ku. Sudah sehari tak kubuka banyak sekali notification yang masuk. Kebanyakan bertanya seputar kegiatan yang sedang aku jalani. Halaman pertama di facebook alias News Feed membuatku bertanya-tanya. Mengapa banyak sekali post tentang "Mimpi" ?
Kepalaku berputar dan berpikir..lalu mulai bermimpi diiringi musik yang menggaung dari headset yang kupakai...
Teringat kembali ketika aku menjadi siswa SMA kelas 3... dimana aku diwajibkan untuk kuliah tapi dianjurkan untuk menjadi mahasiswa kedokteran kala itu supaya bisa menjadi seperti ibuku atau menjadi mahasiswa ekonomi supaya bisa menjadi seperi bapakku. Tapi aku menolak dan berani berkata Tidak. Aku tidak mau menjadi dokter atau ahli ekonom. Aku ingin menjadi juru komputer - istilah ini yang kupakai saat itu. Mungkin saat itu pikiran orang tua ku adalah "Apa bisa?", komputer di rumah saja sudah usang dan mudah rusak. Apalagi otakku yang tidak seberapa pintar dibandingkan adikku (saat ini dia mendapatkan IP 4 tiap semester di bangku kuliahnya). Tapi, entah kenapa saat itu aku ingin membuktikan bahwa aku bisa dan tidak ingin dibandingkan dengan orang lain. Tidak hanya dengan adikku aku dibandingkan. tapi juga dengan saudara sepupuku yang notabene lebih pintar daripada ku. Juara nasional, dikirim ke luar negeri. Aku juga ingin tapi mungkin belum ada kesempatan. Aku berusaha mati-matian untuk belajar. Berusaha untuk diterima di jurusan teknik informatika ITS yang aku inginkan.
Teringat kembali ketika aku berkata pada bapak aku ingin S2. Aku ingin kuliah lagi. Aku tidak ingin diam duduk di belakang meja kantor dan mengerjakan apa yang disuruh oleh bos. Aku ingin menjelajah dunia. Sempat kulihat sangsi dari raut wajah bapak. Luar negeri? suatu tempat yang mungkin tidak mudah dijangkau oleh anaknya ini. Tanpa aku bercerita kepada mereka, aku mendaftar ke beberapa universitas sebelum aku lulus. Universitas luar negeri tentunya. Aku pun tidak tahu apa yang membuatku melakukan berbagai hal yang berani seperti itu. Berbagai aplikasi kuajukan ke berbagai universitas yang mungkin bisa kuraih.
Teringat kembali ketika aku ingin menjuarai berbagai kompetisi nasional. Bagaimana teman-teman ku meremehkan diriku. Bagaimana mereka mengira aku akan juara karena dibantu oleh dukungan salah seorang dosen yang menjadi panitia dan memang kenal dengan ku. Bagaimana mereka melihat aku adalah seorang programmer yang kurang handal dan tidak kompeten di bidang ini. Tapi, saat itu aku bersama sahabat-sahabatku yang memiliki hasrat yang sama. Juara. Berusahalah kami di arena itu. Kami biarkan semua anjing itu menggonggong. Kami anggap, mereka hanya iri karena tidak bisa satu tim bersama kami...mereka hanya iri karena tidak ikut lomba itu. Saat itu aku tak tahu kenapa aku tidak punya malu untuk ikut kompetisi dan kenapa aku tetap tersenyum kepada orang-orang itu, serta kenapa aku tetap maju pantang mundur.
Teringat kembali saat-saat dimana aku bergulat dengan emosi ku. Untuk mencari kebahagiaan. Emosi yang begitu menggila hingga membuatku hampir menjadi gila. Berusaha mengalahkan emosi yang meluap-luap demi mencari "Real Happiness". AKu pun tak tahu mengapa aku berani mengambil keputusan tingkat dewa yang pasti merubah hidupku dan hidup orang banyak.
Tapi, saat ini aku sadar...semua keberanian itu datang...semua keberanian itu keluar dari diriku...karena aku punya MIMPI.
Aku punya mimpi yang bagiku tidak mudah kuraih tapi pantas aku perjuangkan. dan nantinya akan merubah hidupku dan orang-orang sekitarku.
Tak kuasa ku menahan air mata ku yang ingin jatuh pagi ini.
Semua ini benar-benar tak terkira...
Perjalanan yang telah kupilih...meraih mimpi yang diridhai orang tua ku dan Allah...
No comments:
Post a Comment
Anda bisa memasukkan komentar tentang postingan di sini...Terima Kasih ^.^