Pertanyaan itu terngiang-ngiang di otakku selama beberapa minggu ini. Sahabat itu seperti apa? Apa orang yang paling dekat denganku adalah sahabatku?
Kalau dulu jaman SMP dan SMA...istilah sahabat merujuk kepada teman main bareng. Kemana-mana bareng. Atau kalau orang kebanyakan menyebutnya dengan istilah geng. Hampir semua kegiatan remaja dilakukan bersama. Curhat-curhatan juga. Sahabat yang menurtku sahabat sejak SD pun ada karena sejak SMP dan SMA kami selalu satu sekolah dan rumah juga dekat.
Beranjak S1.. "sahabat" SMP dan SMA kalau beda jurusan apalagi beda kampus...berasa menghilang begitu aja. Kepadatan kegiatan kampus dan tugas kuliah apalagi yang kuliah teknik....bikin persahabatan itu renggang dan akhirnya...ga ada komunikasi. Hilang. Mulai lagi dimulai persahabatan ala anak kuliahan. Bedanya namanya bukan geng lagi...tapi "kelompok" atau jawanya "gumbulane". Biasanya sih yang kayak gini yang satu jurusan di kampus yang sama. Aku dulu juga punya, ga tanggung-tanggung jumlahnya. 11 orang. Kalau milih SKS maunya sekelas. Kalau sekelompok maunya bareng. Nilainya ada yang jelek, protes semua. Jadi anak himpunan semua. Aktif dimana-mana.
Hampir lulus S1... persahabatan "kelompok" itu berasa regang karena urusan TA. Jelas satu orang punya bidang minat sendiri-sendiri dan ga bisa digabungin dengan kelompoknya itu kan? Suka ngendon di lab. Berjam-jam di depan komputer. Diajak bicara juga susah. Penyakit TA pun mendera.
Lulus S1... semakin hilang saja. Ada yang kerja di Jakarta, Surabaya, Kalimantan....ada pula yang ngelanjutin sekolah kayak aku...entah di Indonesia ataupun di luar negeri, kasus sekarang sih di Taiwan. Dari kelompok 11 orang itu ada yang sama2 di Jakarta dan tetap bersama walaupun kegiatan mereka cuma "hedonisme" semata dan membuat kelompok persahabatan baru bersama teman2 S1 yang dulunya tidak dekat dengan mereka. Aku yang bersekolah ataupun yang bekerja di kota lain, seakan tidak pernah menjadi bagian dari mereka.
Masuk ke dunia S2...kuliah di luar negeri yang notabene harusnya mahasiswa Indonesia nya sedikit. tapi justru di kampusku ini mahasiswa Indonesia mencapai 250 orang. Suatu jumlah yang fantastis bukan? dan pada akhirnya...teman hanyalah teman. Teman sesama Indonesia. Teman sekamar. Teman semuslim. Teman jalan-jalan. Dan disini...gosip sangat cepat menyebar dan merugikan banyak pihak. Karena penyakit "kepo" sedang asik menulari mahasiswa Indonesia disini. Orang yang pernah gosip kayak aku gini bingung deh kalo mau curhat kemana.
Sahabat di Indonesia? siapa? ada seseorang yang kuanggap sahabat sejak SMP tapi hubungan kami agak renggang akhir2 ini karena mungkin aku nya yang sungkan kalau mau curhat karena masalah dia lebih banyak daripada aku.
Sahabat di Taiwan? siapa? orang yang paling dekat denganku ya yang sekamar denganku. Tapi, rasanya ga enak kalo curhat. Mungkin karena aku menganggap nya hanya teman dekat bukan sahabat.
Pacarku? bisa aja sih...tapi terkadang ga semua masalah yang kita punya bisa diutarakan kan? misal aku punya masalah dengan dia, masa aku ceritanya ke dia? impossible. I need someone who has the same gender as me. Female.
Dulu...ada seseorang di Taiwan yang sangat baik. Sifatnya keibuan dan mendengarkan curhatanku. Selalu. Sudh kuanggap seperti kakak ku sendiri. Tapi, dia sudah kembali ke Indonesia dan mengalami masalah yang sangat pelik baginya.
Lalu,....siapa sahabatku? semua hanya teman.
Pada akhirnya... telepon kuangkat dan kupencet sebuah nomor di Indonesia.
"Halo? iya nak? ada apa?" suara ibuku....
Suara yang menentramkanku apapun masalah yang sedang kuhadapi. Semua cerita mengalir begitu saja seperti sungai yang alirannya begitu deras, sederas air mataku. Beliau yang terdiam dan mendengarkan. Setelah aku selesai berbicara barulah beliau berbicara dengan nada bijaksana seorang ibu dan selucu seorang sahabat yang membuat isakan tangisku terhenti dan berganti senyuman.
Sahabat seati memang ada...IBU.
Beliau tidak akan menyalahkan anaknya. Selalu mendengarkan dan menenangkan. Tidak akan pernah mengungkapkan rahasia anaknya ke orang lain, kecuali bapak jika bapak bertanya. Karena ibuku orangnya nurut apa kata bapak.
Thank you, Mom.
For your love and care.
You can be my mom, friend, and best friend at the same time.
I wanna be like you, someday...
Kalau dulu jaman SMP dan SMA...istilah sahabat merujuk kepada teman main bareng. Kemana-mana bareng. Atau kalau orang kebanyakan menyebutnya dengan istilah geng. Hampir semua kegiatan remaja dilakukan bersama. Curhat-curhatan juga. Sahabat yang menurtku sahabat sejak SD pun ada karena sejak SMP dan SMA kami selalu satu sekolah dan rumah juga dekat.
Beranjak S1.. "sahabat" SMP dan SMA kalau beda jurusan apalagi beda kampus...berasa menghilang begitu aja. Kepadatan kegiatan kampus dan tugas kuliah apalagi yang kuliah teknik....bikin persahabatan itu renggang dan akhirnya...ga ada komunikasi. Hilang. Mulai lagi dimulai persahabatan ala anak kuliahan. Bedanya namanya bukan geng lagi...tapi "kelompok" atau jawanya "gumbulane". Biasanya sih yang kayak gini yang satu jurusan di kampus yang sama. Aku dulu juga punya, ga tanggung-tanggung jumlahnya. 11 orang. Kalau milih SKS maunya sekelas. Kalau sekelompok maunya bareng. Nilainya ada yang jelek, protes semua. Jadi anak himpunan semua. Aktif dimana-mana.
Hampir lulus S1... persahabatan "kelompok" itu berasa regang karena urusan TA. Jelas satu orang punya bidang minat sendiri-sendiri dan ga bisa digabungin dengan kelompoknya itu kan? Suka ngendon di lab. Berjam-jam di depan komputer. Diajak bicara juga susah. Penyakit TA pun mendera.
Lulus S1... semakin hilang saja. Ada yang kerja di Jakarta, Surabaya, Kalimantan....ada pula yang ngelanjutin sekolah kayak aku...entah di Indonesia ataupun di luar negeri, kasus sekarang sih di Taiwan. Dari kelompok 11 orang itu ada yang sama2 di Jakarta dan tetap bersama walaupun kegiatan mereka cuma "hedonisme" semata dan membuat kelompok persahabatan baru bersama teman2 S1 yang dulunya tidak dekat dengan mereka. Aku yang bersekolah ataupun yang bekerja di kota lain, seakan tidak pernah menjadi bagian dari mereka.
Masuk ke dunia S2...kuliah di luar negeri yang notabene harusnya mahasiswa Indonesia nya sedikit. tapi justru di kampusku ini mahasiswa Indonesia mencapai 250 orang. Suatu jumlah yang fantastis bukan? dan pada akhirnya...teman hanyalah teman. Teman sesama Indonesia. Teman sekamar. Teman semuslim. Teman jalan-jalan. Dan disini...gosip sangat cepat menyebar dan merugikan banyak pihak. Karena penyakit "kepo" sedang asik menulari mahasiswa Indonesia disini. Orang yang pernah gosip kayak aku gini bingung deh kalo mau curhat kemana.
Sahabat di Indonesia? siapa? ada seseorang yang kuanggap sahabat sejak SMP tapi hubungan kami agak renggang akhir2 ini karena mungkin aku nya yang sungkan kalau mau curhat karena masalah dia lebih banyak daripada aku.
Sahabat di Taiwan? siapa? orang yang paling dekat denganku ya yang sekamar denganku. Tapi, rasanya ga enak kalo curhat. Mungkin karena aku menganggap nya hanya teman dekat bukan sahabat.
Pacarku? bisa aja sih...tapi terkadang ga semua masalah yang kita punya bisa diutarakan kan? misal aku punya masalah dengan dia, masa aku ceritanya ke dia? impossible. I need someone who has the same gender as me. Female.
Dulu...ada seseorang di Taiwan yang sangat baik. Sifatnya keibuan dan mendengarkan curhatanku. Selalu. Sudh kuanggap seperti kakak ku sendiri. Tapi, dia sudah kembali ke Indonesia dan mengalami masalah yang sangat pelik baginya.
Lalu,....siapa sahabatku? semua hanya teman.
Pada akhirnya... telepon kuangkat dan kupencet sebuah nomor di Indonesia.
"Halo? iya nak? ada apa?" suara ibuku....
Suara yang menentramkanku apapun masalah yang sedang kuhadapi. Semua cerita mengalir begitu saja seperti sungai yang alirannya begitu deras, sederas air mataku. Beliau yang terdiam dan mendengarkan. Setelah aku selesai berbicara barulah beliau berbicara dengan nada bijaksana seorang ibu dan selucu seorang sahabat yang membuat isakan tangisku terhenti dan berganti senyuman.
Sahabat seati memang ada...IBU.
Beliau tidak akan menyalahkan anaknya. Selalu mendengarkan dan menenangkan. Tidak akan pernah mengungkapkan rahasia anaknya ke orang lain, kecuali bapak jika bapak bertanya. Karena ibuku orangnya nurut apa kata bapak.
Thank you, Mom.
For your love and care.
You can be my mom, friend, and best friend at the same time.
I wanna be like you, someday...
No comments:
Post a Comment
Anda bisa memasukkan komentar tentang postingan di sini...Terima Kasih ^.^